di udara kita bersaudara, di darat kita bersahabat

SEKRETARIAT:

Mungkidan, Danurejo, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah

Jumat, 16 April 2010

MENIKMATI WAYANG KOLABORASI


WAYANG merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang berupa sebuah kesenian daerah. Melestarikan wayang dengan berbagai cara. Minimal kita dengan menyukai kesenian yang merupakan tontonan sekaligus tuntunan itu. Ada pula yang melestarikan dengan bentuk seni pentas yang lain, yang kreatif, dan inovatif. Kita kenal dengan adaya penampilan wayang yang dikolaborasi dengan seni lain seperti Dangdut, Qasidah, atau Dagelan seperti yang sering ditampilkan oleh dalang Ki Enthus Susmono, Ki Warseno Slenk, bahkan sekelas Ki Manteb Sudarsono. Bentuk wayang pun tidak pakem seperti yang kita kenal. Lihat saja penampilan Wayang Suket-nya Slamet Gundono. Hanya berupa suket (rumput/jerami) yang digenggam sang dalang, namun menarik juga untuk dinikmati. Karena yang terpenting adalah isi atau tuntunan dari penampilan itu, bukan wujud wayangnya. Bahkan wayang bisa dibuat seperti gambaran manusia modern seperti yang ditampilkan oleh grup Wayang Kampung Sebelah dari Solo. Grup pimpinan Machulan Baihaqi (Mac) ini cukup kreatif, penuh sindiran yang dikemas dengan menarik dan menggelitik.
Dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Gus Dur, para seniman Kota Magelang menggelar wayang kolaborasi dengan tajuk "Gus Dur Masih Ada" di Galeri Langgeng, kompleks Taman Kyai Langgeng (16/4/2010). Pergelaran itu menampilkan Wayang Kampung Sebelah dari Solo yang berkolaborasi dengan pelawak Kirun, Marwoto Kawer, dan Den Baguse Ngarso. Juga grup Hip-Hop serta Barongsai. Pergelaran yang penuh tawa ini dihadiri pula oleh Yenny Wahid, putri almarhum K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Mbak Nikki dan Mbak Kunti foto bareng Kirun, Marwoto Kawer, dan Den Baguse Ngarso usai menikmati penampilan beliau bertiga Jumat malam tanggal 16 April 2010 di Galeri Langgeng Kota Magelang.(Dok. Den Baguse Novan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar